Rabu, 23 Januari 2013

Nuh

sekadar hiasan
Nabi Nuh a.s. nama aslinya adalah Syakirin bin Malik bin Manuskah bin Idris. Beliau hidup setelah 1056 tahun wafatnya Nabi Adam Dinamai Nuh karena sangat seringnya ia menangis menyaksikan kaumnya yang menyembah berhala dan penolakannya terhadap ajaran-ajaran Allah SWT yang dibawanya. Berhala-berhala sesembahan itu ada yang bernama Wadd, Suwa, Yaghuts, Ya’uq dan Nashr. Pada umur empat puluh tahun, ia dikaruniai nubuat (kenabian) Selama beberapa tahun hanya seratus laki-laki dan perempuan yang mau mengikuti seruannya untuk masuk agama Islam.

Nabi Nuh a.s. diperintahkan oleh Allah SWT agar pada setiap pagi selalu menyeru kepada kaumnya di Kufah. "Hai kaumku yang lalai dengan dunia dan permainan, katakan olehmu ‘Laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah”, Tidak ada Tuhan selain Allah, dan tidak ada sekutu bagi Dia’," demikian ucap sang Nabi. “Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui" (Q.S. 71: 2-4).

Namun dakwah Nabi Nuh a.s. tersebut malah menimbulkan keheranan di kalangan kaumnya, sebab selama ini mereka hanya mengikuti keyakinan yang diterimanya secara turun-temurun dalam menyembah berhala. Ketika Nabi Nuh a.s. tengah berdakwah, sebagian dari kaumnya malah menutup telinganya, sebagian dari mereka menutupi kepalanya dengan kain, dan sebagian yang lainnya berlarian menghindari ajakan dakwah sang Nabi. Bahkan pernah di satu kesempatan dakwahnya, Nabi Nuh a.s. dihantam dengan palu oleh salah seorang kaumnya.

Tatkala sadar, ia pun berucap, "Hai seluruh manusia yang durhaka, ucapkanlah oleh kamu sekalian bahwasanya Allah Ta’ala Tuhan Yang Esa yang tiada sekutu baginya dan bahwasanya aku dijadikan oleh Alah Ta’ala sebagai nabi yang memberi tahu kamu terhadap siksa neraka. Dan kenikmatan sorga bagi seluruh manusia yang mengikuti seruanku, dan disiksa oleh Allah Ta’ala terhadap kamu yang tidak mengikutiku. Dan bahwa namaku Nuh bin Malik."

Perkataannya itu ternyata ditanggapi oleh kaumnya dengan hantaman palu lagi. Nabi Nuh a.s. pun jatuh pingsan, sehari semalam lamanya.

Setelah sadar, ia pulang ke rumahnya. "Ya Tuhanku, bahwasanya Engkau juga yang lebih mengetahui terhadap keadaan hambamu. Di mana setiap hari kusuruh kepada mereka untuk percaya padaku dengan mengerjakan pengabdian kepada-Mu, supaya Kau ampuni segala dosa mereka. Mereka (malah) menutup telinganya dengan jarinya, karena tidak mau mendengarkan perkataanku. Dan sebagian dari mereka berlari menghindariku. Kemudian kusuruh kepada mereka dengan perlahan-lahan, namun mereka memalingkan mukanya dariku, katanya, engkau ya Allah, bukanlah sebenarnya Tuhanku. Di lain kesempatan kukatakan kepada mereka bawa imanlah kamu kepada Tuhan Yang Esa. dan kepada nabi kamu supaya diampuni oleh Allah Ta’ala dosa kamu, maka mereka menutupi telinganya dengan jarinya. Dan sebagian lagi menutup mukanya dengan kainnya. Hambamu pun pada malam hari telah menyerukan kepada mereka dengan kubukakan rahasianya bagi mereka mengenai perkataanku bahwa percayalah kamu kepada Tuhan kamu yang bernama Allah Ta’ala. Dialah Tuhan yang sebaik-baiknya memelihara kamu sekalian. Maka larilah mereka dariku dengan keluarga mereka."

Firman Allah SWT kepada Nabi Nuh, "Sesungguhnya Tuhan kamu (mengetahui) bahwa seluruh kaum itu tidaklah akan membawa iman kepadamu, melainkan segala yang ada yang menyertaimu itulah yang mendengar perkataanmu."

Pada suatu hari, Nabi Nuh a.s. melihat kaumnya yang tengah mengadakan jamuan di suatu tempat. Nabi Nuh a.s pun mengingatkan kepada mereka bahwa itu semua merupakan anugerah Allah SWT kepada mereka. "Namun kalian tidaklah bersyukur terhadap Tuhan kamu yang menganugerahkan seluruh makanan itu kepadamu Katakanlah olehmu bahwa Allah Ta’ala juga Tuhan kamu yang Esa yang tidak ada sekutu bagi- Nya. Dan bahwasanya aku ini nabi kamu yang menceritakan kepada kamu mengenai pahala sorga, dan akan disiksa di dalam neraka jika kamu tidak percaya terhadap Dia. Dan jika kamu bersyukur akan nikmat-Nya dan kamu beribadah kepada Dia, niscaya akan dianugerahkan oleh Allah Ta’ala kepada kamu di dunia ini dengan kenikmatan selama hidupmu. Dan di akhirat,,diampuni oleh Allah segala dosamu dan kamu akan dimasukkan ke dalam sorga; kenikmatannya itu kekal; tidak lagi berkesudahan. Ya kaumku, tidak kupinta kepadamu upah atau sesuatu manfaat terhadap diriku dalam menyampaikan perintah Allah Ta’ala, melainkan kepada Allah yang amat tahu terhadap keadaanku. Bahwasanya aku ceritakan kepada kamu siksaan yang amat pedih, juga akan didatangkan kepada kamu jika tidak percaya kepada Dia," tutur Nabi Nuh a.s. kepada kaumnya.

Kemudian, setelah kaum kafir mendengarkan penuturan Nabi Nuh itu, mereka menghantam sang Nabi dengan palu, dan memerintahkan budak-budaknya untuk melempari Nabi dengan batu.

Untungnya, pada saat insiden itu, isteri Nabi Nuh datang dan berusaha menolong suaminya. "Jangan kamu palu dia, karena ia itu orang gila, apakah akan didengarkan kata-katanya?" katanya.

Orang-orang kaya dari kaum Nuh berkata, "Jika Engkau kasihan terhadap suamimu, enyahkanlah ia dari pertemuan ini, dan bencilah ia apabila mendengarkan kata-katanya yang tidak berguna itu." Dan salah seorang dari mereka berkata. "Sesungguhnya dia itu orang gila. Ingkarilah oleh kalian terhadap dia."

Nabi Nuh as. sedih terhadap perkataan isterinya yang mengatakannya gila. Nabi Nuh pun mengadu kepada Allah SWT, "Ya Tuhanku, bahwasanya Engkau juga Tuhan yang amat mengetahui terhadap keadaan hamba-Mu yang teraniaya oleh kaumku, maka aku meminta pertolongan kepada-Mu. Engkau juga Tuhan yang sebaik-baik pemberi pertolongan."

Nabi Nuh a.s. kemudian didatangi oleh Jibril a.s., katanya kepada sang Nabi, "Hai Nabi Nuh, kembalilah engkau dari mereka; pulanglah ke rumahmu bahwa Tuhan semesta alam menyampaikan salam kepadamu. Yang dipinta oleh hamba-Nya itu telah diperkenankan. Inilah anugerah Tuhanmu kepada kamu. Biji pohon di dalam sorga ini tanamlah olehmu. Sebelah cabangnya nanti adalah zamrud."

Nabi Nuh a.s. pun menuruti apa yang diperintahkan oleh Malaikat Jibril itu. Dan memang, sebagian dari cabang pohon yang telah ditanamnya tumbuh zamrud yang hijau warnanya,

Selama empat puluh tahun Nabi Nuh a.s. selalu berada di dalam rumahnya; tidak lagi berdakwah terhadap kaumnya. Lalu setelah itu, pohon itu pun tumbuh sekitar seratus gaz’ panjangnya dan besar pohon itu pun hampir sama panjangnya. Tumbuhnya pohon unik itu menjadi buah bibir di kalangan kaum Nuh a.s.

Mereka pun bertanya kepada Nabi Nuh a.s., "Dari mana engkau peroleh benih pohon ini".

Nabi pun menyahut, "Pohon inilah yang akan melepaskan kami dari siksaan Allah Ta’ala yang akan diturunkan terhadap kamu sekalian, karena karnu tidak percaya terhadap Dia." Mereka pun tertawa-tawa mendengar penjelasan dan Nabi Nuh a.s. ini.

Sementara itu, di muka bumi komunitas orang-orang kafir semakin meluas; di belahan bumi barat dan timur. Sang Nabi mengadu kepada Allah SWT, "Ya Tuhanku, telah penuhlah atas bumi ini dari orang-orang kafir, kemudian mereka memainkan ajaran yang aku diberikan, dan tidaklah mereka menuruti seruanku. Makin bertambah saja kekafiran mereka kepada-Mu. Dan setelah ia melalaikan dari jalan kebenaran, maka janganlah Kau tinggalkan di bumi ini seorang juga dari orang-orang kafir itu. Ya Tuhanku, Engkau juga Tuhan yang menyiksa orang-orang kafir dan melepaskan orang-orang mukmin dari siksaan. Dan ampuni oleh-Mu dan seluruh hamba-Mu yang percaya kepada-Mu dan aku sebagai nabi."

Jibril kemudian mendatangi Nabi Nuh a.s., dan mengatakan, "Salamullah atasmu ya Nuh, firman-Nya kepadamu, yaitu buatlah olehmu sebuah bahtera".

"Siapakah yang akan membuatnya, dan bagaimana cara membuatnya?" tanya Nabi Nuh.

"Tuan carilah orang yang tahu mengenai pelayaran. Maka pohon kayu yang Tuan tanam itulah yang akan Tuan buat sebagai bahan. Dan cabangnya yang dari zamrud itu jadikanlah sebagal tiang-tiangnya," ujar Jibril.

Allah SWT mendatangkan tukang-tukang pembuat perahu yang berjumlah empat orang kepada Nabi Nuh. Keempat orang ini sanggup mengerjakan pembuatan bahtera. Namun, mereka mensyaratkannya agar dinikahkan terlebih dahulu. Nabi Nuh menyanggupi permintaan mereka. Di lain pihak, sang Nabi cukup bingung untuk mencarikan calon isteri-isteri mereka, karena Nabi Nuh hanya memiliki seorang anak perempuan saja. Sebagai tanda persahabatan, keempat orang tukang itu dijamu oleh Nabi untuk makan terlebih dahulu sebelum dipersilakan pulang. Dan beliau meminta kepada mereka untuk datang lagi dua hari kemudian. Setelah beres acara makan-makan itu, pulanglah tamu-tamu Nabi Nuh a.s. ke rumahnya masing-masing. Nabi mengantar mereka hingga ke luar rumah.

Aneh, Nabi masuk kembali ke dalam, dilihat di dalam rumahnya ada empat orang wanita muda yang sangat cantik, dan semua wajahnya mirip wajah anak perempuan Nabi Nuh. Beliau sendiri tidak tahu yang mana anak perempuannya yang sebenarnya. Semuanya mengaku sebagai anak Nabi Nuh as. Sementara itu, hewan-hewan peliharaannya, seekor keledai, kuda dan kucing, lenyap entah ke mana.

Pada hari yang dijanjikan, keempat tukang pembuat perahu datang ke rumah Nabi Nuh. Mereka senang sekali permintaannya untuk dapat menikah dapat terlaksana. Setelah masuk agama Islam, Nabi Nuh a.s. menikahkan mereka. "Kita akan membuat bahtera yang tidak pernah ada orang yang membuat sebelumnya baik dahulu maupun di masa datang. Adakah kalian dapat merencanakannya?" ucap Nabi a.s. memulai pembahasan perencanaan bahtera. Para tukang itu pun menyanggupinya.

Pembuatan bahtera pun mulai dilakukan. Jibril sendiri yang memberikan arahan-arahan kepada Nabi Nuh mengenai bentuk bahtera yang akan dibuat. Pada tiap-tiap papannya dinamakan dengan nama-nama Nabi hingga ada empat ribu tiga ratus empat puluh nabi. Tinggi bahtera itu adalah seribu gaz, lebarnya empat ratus gaz, tujuh tingkat tingginya, dan pintunya ada seratus buah. sedangkan layarnya berjumlah lima puluh buah.

Akhirnya, selesailah pembuatan bahtera tersebut. Bahtera yang masih terhampar di daratan itu menjadi tontonan kaum Nabi Nuh.

Allah SWT berfirman kepada Nabi, "Hai Nuh, katakan kepada mereka bahwa kalian permainkanlah Kami nanti pada waktunya, akan datang kepada kalian bencana yang amat besar dari Tuhan kamu."

Kaumnya menyahut, "Hai Nuh. kau buat bahtera ini sebagai tempat menetapmukah di sini, ataukah kau bawa terbang ke udara?"

"Sesungguhnya Tuhanku yang menyuruhku membuat bahtera ini, dan bahwasanya janji Tuhanku akan menenggelamkan kamu sekalian. Sebentar lagi akan datang siksaan itu kepada kamu," ujar Nabi Nuh a.s.. Mereka pun tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan dari sang Nabi itu.

Waktu berlalu, hingga tibalah masanya persiapan untuk menaiki bahtera. Namun, ternyata masih ada beberapa bagian dari bahtera itu yang belum dilengkapi. Dan harus ditambah persediaan kayu lagi, akan tetapi bahannya sudah habis.

Nabi Nuh pun mengadukan kepada Allah SWT mengenai hal tersebut. "Ya Nuh, suruhlah dari anak cucumu pergi mengambil (kayu) untuk membuat papan itu. Ada sebuah pohon yang sangat besar di tepi Sungai Nil. Tumbangkanlah, kemudian olehmu perintahkan (supaya) dibawa untuk menarik bahtera itu," jawab Allah SWT.

Nabi Nuh lalu menawarkan kepada anak cucunya, siapa yang sanggup menebang pohon itu. "Siapa di antara kamu yang dapat membawakan kemari pohon, kayu yang berada di tepi Sungai Nil?".

Namun tidak ada seorang pun yang menyanggupinya. Seorang di antara mereka mengatakan kepada Nabi bahwa cobalah menyuruh Ajal untuk menebang pohon itu. Ketika ditanyakan kepada Ajal, oleh Nabi Nuh, ia pun menyanggupinya. Meskipun ia akan diberi upah, namun Ajal hanya meminta barang sekadar makanan saja. Nabi Nuh pun memberinya tiga buah kue (semacam) apem sebagai bekal.

Diberi kue sebanyak itu, Ajal malah tertawa, katanya, "Ya Nabi Allah, makanan hamba untuk sehari lima puluh buah apem banyaknya, maka apa jadinya tiga buah apem yang akan diberikannya itu padaku. Tentunya tidak akan mengenyangkan perutku."

"Hai Ajal, jangan engkau ringankan mengenai apem ini yang kekuatannya lebih dari tiga ratus apem, makanlah olehmu apem itu, tetapi hendaklah engkau sebut terlebih dahulu ‘BismiIlahir-Rahmaanir-Rahiim’," Nabi Nuh meyakinkan. Benar saja, baru saja sebuah kue yang dimakan oleh Ajal, ia pun langsung kenyang. Lalu pergilah ia untuk mengemban tugas dari Nabi Nuh ini.

Di pinggir Sungai Nil, Ajal mulai menebang kayu. Hasil tebangannya, ia bawa sendiri ke hadapan Nabi Nuh. Dalam perjalanan normal, perjalanan itu dapat ditempuh selama sebulan, namun Ajal bisa menempuhnya hanya dalam waktu lima hari.

Selesailah sudah dengan sempurna bahtera raksasa Nabi Nuh. Orang-orang kafir tidak hanya menertawakan bahtera tersebut, bahkan mereka membuang kotorannya di atas bahtera. Nabi Nuh tidak kuasa melarang mereka, karena sangat banyaknya mereka yang membuang hajat di situ.

Suatu hari, ada seorang yang cacat dan berpenyakit yang hendak membuang hajat di atas bahtera Nuh. Sambil merangkak, ia menaiki bahtera. Ketika sudah sampai di atas bahtera,, ia terjatuh, dan terjerembab tepat di atas kotoran tinja. Atas kehendak Allah SWT, orang itu sembuh. Kini ia dapat berjalan normal kembali, dan kulitnya pun menjadi bersih.

Setelah kejadian itu, gemparlah negeri Nabi Nuh dengan munculnya isu mengenai ‘khasiat’ dari kotoran manusia yang berada di atas bahtera Nabi Nuh. Berbondong-bondonglah orang mendatangi bahtera itu untuk mengambil kotoran manusia bagi penyembuhan penyakit-penyakit mereka.

Di satu hari, empat orang tukang pembuat bahtera datang bertamu ke rumah. Nabi Nuh a.s..

Nabi menanyakan mengenai perangai isteri- isteri mereka. "Ya Nabi Allah, adapun anak Tuan itu sangat indah parasnya, tetapi tingkahnya seperti keledai," jawab salah seorang di antara mereka.

"Ya Nabi Allah, anak Tuan itu terlalu indah rupanya, tetapi kalau marah tingkahnya seperti tingkah kucing, hendak menampar dan menggigit," jawab seorang yang lain.

"Ya Nabi Allah, anak Tuan itu terlalu baik parasnya, lagi amat bijaksana, namun ketika ia marah, ia akan menendang dan menggigit seperti perangai kuda," jawab yang lainnya.

"Ya Nabi Allah, anak Nabi itu sempurna akalnya lagi sabar dan murah. Satu pun tidak tercela," kata yang terakhir

"Jika demikian, yang terakhir itulah anakku, dan yang tiga orang lainnya itu dengan kudrat Allah Ta’ala-lah yang menjadikannya sebagai seorang manusia," ucap Nabi Nuh a.s.

Beberapa bulan kemudian, turunlah firman Allah SWT kepada Nabi Nuh a.s. yang berisi perintah kepadanya untuk mengunjungi Baitul Makmur. Disebabkan, Allah akan mengangkat Baitul Makmur tersebut ke langit untuk menghindarkannya dari terendam banjir.

Di tempat ibadah ini, Nabi dan kaumnya menangis pilu kepada Allah SWT. Jibril mendatangi Nuh a.s. untuk menyampaikan firman Allah SWT, Katanya, "Salamullah atasmu ya Nabi Allah, firman-Nya, rawatlah oleh Tuan sakinah Adam, dan bawalah ke bahteramu, yaitu pakaian Nabi Adam, Hawa, Nabi Syis dan Nabi Idris serta seluruh bekas perkakas rumahnya yang masih ada. Itu semua ditaruh di dalam suatu peti besar yang dinamakan tabut sakinah. Ya Nuh, himpunkan olehmu segala bibit pohon yang ada di bumi, binatang liar, dan binatang jinak, naikkaniah ke atas bahteramu."

Pada lantai pertama dari bahtera Nuh, disediakan untuk rerumputan, lantai kedua untuk manusia, binatang jinak pada lantai ketiga, binatang liar pada lantai keempat, binatang buas pada lantai kelima, dan biji-bijian disimpan di lantai ketujuh. Persiapan pelayaran terus dilakukan. Nabi Nuh memasak makanan apem sebagai bekal di perjalanan. Saat makanan tengah dimasak, terdengar bunyi mendidihnya yang keras, konon, itulah pertanda bencana banjir yang akan segera datang.

Kini seluruh binatang, biji-bijian, rerumputan, seluruhnya amat sangat banyaknya, dan orang-orang mukmin siap menaiki bahtera Nuh. Ada satu binatang yang tidak naik, yaitu Khar. Binatang ini sebenarnya adalah Iblis. Namun nabi Nuh menyuruhnya untuk naik juga, ia pun bersedia naik ke bahtera. Isteri Nabi Nuh, Wafilah, dan anaknya, Kan’an, juga disuruh untuk menaiki bahtera, namun sayang, mereka enggan pergi bersama ayahnya dan orang-orang mukmin.

Keduanya menyahut, "Tidaklah kami akan menaiki bahtera beserta Anda , kami akan naik ke atas bukit, niscaya terpeliharalah kami dari terendam air."

Hujan yang sangat deras mulai mengguyur bumi. Bumi terbelah mengeluarkan air yang begitu derasnya pula. Saat itu adalah tanggal 9 Rajab. Dan pada waktu Nabi Nuh berumur 600 tahun.

"Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mataair-mataair, maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dan papan dan kayu.” (Q.S. 54: 11-13).

Dalam Surat yang lain dinyatakan: "Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah.” (Q.S. 71:25).

Ajakan dari Nabi Nuh itu tetap ditolak oleh anaknya Kan’an. "Aku akan naik dengan mereka ke atas bukit, maka terhindarkanlah aku dan terendam air," kata Kan’an.

Gelombang besar telah memisahkan mereka. Akhirnya, air sudah mencapai puncak bukit dan kemudian menenggelamkannya Menyaksikan kejadian itu, Nabi Nuh menyesali diri.

Munajatnya kepada Allah SWT, “Ya Tuhanku, sesungguhnya janji Mu-lah yang sebenarnya. Telah menyesallah hatiku menyaksikan keadaan anak cucuku yang telah tenggelam. Maka tidaklah dapat bersabar hamba-Mu, ya Tuhanku. Ya Tuhanku, jika kiranya Engkau kembalikan penghuni rumahku, dan isteriku, dan anak cucuku kepadaku maka sesungguhnya janji-Mu juga yang sebenarnya dan Engkau juga yang Maha Benar dan Engkau Tuhan vang Maha Pemberi Hukuman dan segala yang menghukum yakni yang Maha Tahu dari segala yang mengetahui."

Allah SWT menjawab, "Hai Nuh, bahwasanya mereka itu adalah bukan dari penghuni rumahmu, sesungguhnya mereka melakukan pekerjaan yang tidak baik, maka bukanlah ia dari anak cucumu. Adapun mereka yang percaya terhadap Aku itulah, yang merupakan termasuk anak cucumu. Maka janganlah kautanyai kepada-Ku terhadap apa-apa yang tidak engkau ketahui tentang hal itu. Dan Kuciptakan engkau, (maka) hendaklah engkau jangan termasuk orang yang bodoh”.

Nabi Nuh a.s. merasa bersalah atas munajatnya tersebut, ia pun memohon ampunan. “Bismillaahi majreha wa mursaha inna Rabbi laghafuururrohiim”.

Riwayat Lahirnya Babi, Tikus, dan Kucing

Bahtera yang membawa orang-orang mukmin dan makhluk-makhluk lainnya berlayar dengan tempat tujuan yang belum pasti. Sementara itu disebabkan oleh banyaknya makhluk hidup di atas bahtera, dan pengaturan pembuangan kotoran manusia dan binatang yang tidak memadai, akhirnya di atas bahtera dipenuhi oleh kotoran para penumpangnya. Nabi Nuh pun memohon kepada Allah SWT untuk menghilangkan kotoran yang menumpuk itu.

Melalui Jibril, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Nuh untuk menyapu dahi seekor gajah. Setelah diikuti perintah itu, keluarlah dari belalai tersebut sepasang babi. Oleh binatang itu, kotoran-kotoran di dalam bahtera dimakannya. Para pengikut Nabi Nuh keheranan menyaksikan takdir Allah yang demikian. Namun oleh Iblis, yang ikut di dalam bahtera itu, bagian belakang dari babi itu disapunya. Lalu muncullah dari hidung babi tersebut sepasang tikus Tikus-tikus itu ternyata menggerogoti papan-papan bahtera dan barang-barang yang ada. "Dari mana sebab datangnya semua ini dihabisi seluruh isi bahtera ini," ujar Nabi Nuh heran.

Jibril mendatangi beliau, dan mengatakan, "Iblislah yang empunya kerjaan itu. Disapunya bagian belakang babi, kemudian keluarlah binatang itu, ya Nuh. Sapulah oleh Tuan bagian belakang harimau itu, niscaya dikeluarkan oleh Allah Ta’ala binatang yang membunuh tikus itu”.

Benarlah, tatkala Nabi mengusap bagian belakang harimau, maka keluarlah sepasang kucing yang kemudian segera memburu tikus-tikus sebagai makanannya. Demikianlah, sejak kejadian itu, tikus dengan kucing menjadi bermusuhan.

Nabi Nuh a.s. penasaran terhadap perbuatan Iblis, maka ia pun bertanya kepadanya, "Apa sebabnya engkau sapu bagian belakang babi itu, adakah firman Allah terhadap hal yang demikian itu?"

Iblis menyahut, "Kulihat Tuan menyapu belalai gajah, maka dikeluarkan oleh Allah Ta’ala sepasang babi. Maka kusapu pula bagian belakang babi, maka Allah mengeluarkan tikus. Bahwa kehendak Tuan pun dikabulkan, dan kehendak aku pun dikabulkan juga oleh Allah Ta’ala."

"Siapa yang menyuruh engkau naik ke atas bahtera ini beserta kami?" tanya Nabi Nuh kepada Iblis.

"Bahwasanya yang menyuruhku itu keinginan diriku sendiri juga. Telah berpuluh-puluh laksa2 kaumu hingga tidak terbilang banyaknya, dan mereka, menurutku, mereka dibinasakan oleh Allah Ta’ala karena sebab Tuan. Maka keinginan hamba hendak membinasakan seluruh isi bahtera ini., padahal hamba mengetahui tidaklah dapat melewati takdir Allah Ta’ala," jawab Iblis.

Nabi Nuh marah dan mengusir iblis ketika mendengar pengakuannya. "Mengapa sekarang Tuan mengusir, sedangkan dahulu Tuan suruh naik kepada binatang khar itu?" sergah iblis.

Nabi Nuh berada di dalam bahtera dimulai tanggal 9 Rajab hingga 10 Muharam. Di bulan Muharam itu, datanglah Jibril kepada Nabi Nuh, dan mengatakan, “Salamullah atasmu ya Nuh, telah jauhlah engkau dari orang- orang kafir, dan telah sejahteralah engkau terhadap kebinasaan seperti firman Allah Ta’ala: ‘Hai Bumi telanlah olehmu air itu. Dan, hai langit, tahanlah olehmu air itu’."

Maka redalah air hujan. Kemudian bahtera bertawaf, tujuh keliling di Ka’bah. Setelah selesai, rombongan melaju ke arah wilayah Syam. Daerah-daerah perbukitan yang ada di bumi telah dilaluinya. Bahtera kini berada di atas bukit Yudiy (Yudiy adalah salah satu bukit yang terletak di wilayah Armenia bagian selatan, berbatasan dengan Mesopotamia). Perlahan-lahan air pun mulai surut.

Firman Allah kepada Jibril, “Hai Jibril, belahlah olehmu bumi supaya cepat surut airnya, karena hamba-Ku, Nuh, dengan orang-orang yang menyertainya itu bertahan di dalam bahtera”.

Jibril pun menuruti apa yang Allah perintahkan itu. Dengan sayapnya ia membelah bumi sehingga terbentuklah tujuh samudera lautan yang sangat dalam hingga ke lapisan ketujuh dari bumi. Kemudian sampai kepada tempatnya ikan Nun yang bernama Bahrul Qudrat. Beberapa hari kemudian air pun mulai surut. Ketika air sudah surut, Bahtera Nuh berlabuh di atas bukit Yudiy.

Mengapa Itik Tidak Bisa Terbang dan Burung Merpati Jinak?

Nabi Nuh menyuruh hewan itik agar melihat keadaan surutnya air. Sang itik sangat senang mendapat perintah demikian. Namun ia hanya terbang kesana-kemari tidak karuan, sehingga si itik melupakan perintah dari Nabi Nuh a.s. Sementara itu, Nabi tetap bersabar menanti kedatangan itik, namun hewan ini tidak juga datang. Kemudian Nabi pun menyuruh burung merpati untuk memeriksa surutnya air.

Tatkala merpati melihat merah kakinya yang direndam di air, barulah ia dapat mengetahui bahwa air sudah surut. Lalu dilaporkanlah apa yang sudah diperiksanya itu.

Nabi senang atas kerja dari burung merpati, ia pun memanjatkan do’a kepada Allah "Ya Tuhanku, kiranya Kaujinakan burung itu kepada manusia, dan manusia pun mengasihi kepadanya, dan peliharalah burung itu oleh mereka."

Sementara itu, beberapa hari kemudian datanglah itik kepada Nabi Nuh. Nabi cukup marah melihat kedatangan itik, ucapnya, "Hai hewan itik, kiranya akan diambil oleh Allah kekuatan sayapmu untuk terbang dan adalah engkau mencari kehidupanmu pada tempat-tempat yang kotor di tempat bawah manusia."

Oleh karena itu, sejak saat itulah itik tidak lagi bisa terbang tinggi, sedangkan burung merpati menjadi jinak.

Pembuatan Khamar Pertama oleh Iblis

Dengan surutnya air, rombongan Nabi Nuh mulai turun dari bahtera. Kemudian Jibril datang, dan berujar, "Ya Nabi Allah, keluarkanlah oleh Tuan segala benih pohon buah-buahan itu, kemudian tanamlah oleh tuan."

Seluruh biji pohon sudah dikumpulkan, namun Nabi Nuh tidak mendapati biji anggur. Ketika ditanyakan kepada Jibril mengenai kehilangan itu, dijawabnya bahwa biji tersebut telah dicuri oleh iblis, dan Nabi Nuh disuruh mengambilnya kembali.

Nabi Nuh pun menemui Iblis dan memintanya kembali biji anggur yang telah dicurinya. Namun Iblis mengelak dari tuduhan itu. Nabi sendiri bersikukuh bahwa iblislah yang mencuri anggur, karena Allah-lah yang memberitahunya Akhirnya Iblis pun mengakuinya.

Setelah minta perjanjian kepada Nabi Nuh agar ia ikut menyiram (memanen)-nya setelah Nabi menyiramnya dua kali, maka ia akan mengembalikan barang curian itu. Nabi pun menyanggupinya. Nabi Nuh menanam benih anggur yang sudah dikembalikan oleh iblis, dan menyiramnya (memanen) dua kali.

Giliran Iblis yang mengurusi pohon anggur selanjutnya. Namun iblis menyirami pohon anggur itu dengan air kencingnya sebelum tumbuh, dan dengan darah babi dan anjing setelah mulai tumbuh tinggi. Oleh karenanya, orang yang meminum anggur yang memabukkan, maka perangainya seperti babi dan anjing. Sehingga orang yang meminum arak, dirinya akan menjadi sombong dan menjadi jahat. Oleh karena itulah, Allah mengharamkan meminum arak.

Setelah selesai keinginan Iblis untuk memanen anggur dengan ‘gayanya’ sendiri, ia menghadap kepada Nabi Nuh. Nabi Nuh mengajukan pertanyaan, "Ya Iblis, dengan air apa kausiramkan pohon anggur itu?" Iblis menyahut,

"Ya Nabi Allah, telah kusiramkan dengan darah babi dan anjing. Bahwasanya keinginan Nabi Allah pun dilaksanakan, dan kehendakku pun terlaksana, yaitu dengan dikabulkannya seperti sekarang, dan tiadalah dapat berdusta hamba kepada tuan. Maka tanyalah kepada hamba apapun yang Tuan inginkan, dan tidak dapat tidak hamba akan katakan apapun yang sebenarnya”.

Iblis Membuka Rahasianya

"Hai Laknatullah, apa kesalahanku kepadamu maka engkau mendengki kepadaku, dan kepada anak cucu Nabi Adam, karena kulihat engkau ini lain dari apa yang diucapkan, dan hendak menimpakan kejahatan seperti orang yang mendengki," kata Nabi Nuh.

Iblis menyahut, "Bahwasanya aku tidak dapat durhaka kepada engkau, dan tidak berhasil tipu dayaku terhadap engkau dan para nabi Allah. Hanya saja, selain dari itu, dapat kuceritakan bahwa orang yang tidak berhasil terpedaya olehku adalah orang yang sangat ikhlas dan takut hatinya kepada Allah Ta’ala. Sesungguhnya telah kupinta do’a kepada Allah Ta’ala, dan telah dikabulkan Allah Ta’ala permohonanku itu hingga hari kiamat, dan telah berapa ratus ribu dari makhluk-makhluk yang dimatikan oleh Allah Ta’ala tetap dalam kekafirannya agar penuh neraka dengan mereka ini. Demikian itulah yang dikehendaki olehku."

Nabi Nuh a.s. menangis ketika diceritakan hal itu. Beliau menangisi nasib umatnya kelak yang akan banyak dijerumuskan oleh iblis ke dalam neraka. Iblis kembali berkata, "Hai Nuh, engkau bernama Syakirin yang artinya pandai bersyukur, itulah maka tidaklah dapat aku mendekatimu dan tidak dapat aku berdusta kepadamu, karena engkau bapak dari segala anbiya ‘alaihimussalaam."

Nabi Nuh menanggapinya, “Hai laknatullah Ta’ala atas kepalamu, kutukannya kepadamu oleh karena apa? Sehingga engkau bekerja membuat bencana terhadap anak cucu Nabi Allah Adam ‘alaihissalam, dan karena apa engkau mengajak kepada Nabi Adam a.s. sedangkan tidak seorang nabi pun yang berbuat jahat kepadamu. Kemudian kau tipu Nabi Adam, dan kau suruh ia memakan buah pohon yang dilarang untuk memakannya oleh Allah Ta’ala. Sehingga menjadi turunlah ia ke bumi dari tempat sebelumnya yang mulia.”

Iblis menyahut, "Tidakkah Tuan mengetahui bahwa oleh sebab Adamlah maka aku terkena laknat Allah. Oleh sebab itulah maka kuminta kepada Allah Ta’ala empat perkara yang kukenakan kepada anak cucu Adam. Pertama, saling mendengki di antara mereka. Kedua, tamak dan mengambil harta sesamanya dengan cara yang tidak benar. Ketiga, membesarkan dirinya, dan mengangkat dirinya dengari sikap takabur dan dusta. Keempat, kikir; karena sikap inilah yang terbanyak akan memenuhi api neraka."

Nabi Nuh berujar, "Hai Iblis, sesungguhnya engkau dimurkai Allah Ta’ala itu dikarenakan engkau mengabaikan perintah Tuhanmu Yang Maha Tinggi dan Maha Besar. Dan tidak karena perbuatan Nabi Adam atau perintahnya, sedemikian sehingga engkau menjadi kena laknat. Jika ada yang lain sebelumnya dari hal ini, katakan olehmu kepadaku supaya dapat kuketahui."

Iblis menjawab, "Ketahuilah olehmu Nuh, beberapa ratus tahun aku berbakti kepada Allah Ta’ala hingga kemudian aku sampai ke langit lapisan ketujuh. Kemudian aku bermohon pula kepada Allah Ta’ala untuk turun ke bumi untuk berbuat kebaktian bersama malaikat yang menyertaiku”.

"Beberapa ratus tahun aku sujud kepada Allah Ta’ala dengan segenap pengabdianku dan sikap takutku kepada Dia. Kemudian aku beserta para malaikat yang menyertaiku, diperintahkanlah oleh Ta’ala untuk sujud kepada Adam. Kemudian datang bencana bagiku bahwa di dalam hatiku tidak mau sujud kepada Adam. Maka dimurkailah aku oleh Allah Ta’ala dengan turunnya laknat. Akulah yang pertama yang mendengki dan akulah yang pertama kalinya pula menyombongkan diri terhadap Adam. Sehingga kulalaikan perintah Allah Ta’ala dengan tidak mau sujud kepada Adam disebabkan oleh sikap takaburku. Kukatakan terhadap diriku bahwa aku melebihi daripada Adam. Maka sejak hari itulah jatuh laknat atas kepalaku, disebabkan oleh perkataanku kepada Tuhanku, ‘Kauciptakan aku dari cahaya api, dan Kauciptakan Adam dari tanah. Sehingga tidaklah harus cahaya bersujud kepada yang kelam itu!”.

"Dalam perkataanku menyatakan bahwa akulah yang terbaik daripada Adam, kemudian tiba-tiba jadilah aku lebih jahat darinya dengan memperoleh murka dan laknat, sebab menyombongkan diriku kepadanya dan mendengki terhadap dia. Oleh sebab itulah, maka aku dikeluarkan oleh Allah dari kelompok para malaikat yang banyak itu. Demikianlah, tidak ada dosaku satu pun kepada Allah Ta’ala yang lain kecuali itu. Selanjutnya kuperbuat bencana kepada Adam dengan kutipu dia. Kusuruh memakan buah khuldi pohon yang dilarang oleh Allah Ta’ala kepada Adam untuk memakannya. Kataku kepada Adam bahwa jika engkau memakan buah pohon ini, niscaya kekallah engkau di dalam sorga ini, kemudian diturutinya perkataanku itu”.

"Setelah dimakan buah itu oleh Adam dan Hawa, disebabkan oleh rakusnya untuk mengharapkan tidak mati sekalipun, maka keluarlah ia dari dalam sorga. Kemudian ditemui oleh mereka duka cita dan kejahatan serta kematian di dalam dunia ini. Dan telah diturunkan ketetapan terhadap aku bahwa neraka sebagai tempatku selama-lamanya”.

"Ketika Allah Ta’ala menciptakan sorga Jannatul Firdaus dengan segala tanaman dan sungainya dan berbuahlah seluruh pepohonan itu dengan tidak berkesudahan. Maka firman Allah Ta’ala kepada sorga, ‘Sesungguhnya Kudapatkan engkau haram atas semua orang yang kikir dan takabur masuk kepadamu, dan enggan (merindukan) kepadamu’. Oleh karena itulah yang terbanyak masuk ke dalam neraka itu orang yang kikir dan takabur’.

Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Nabi Nuh itu, Iblis pun memberi salam dan pergi meninggalkan Nabi.

Mendengar pengakuan dari Iblis itu, semakin mendalamlah kesedihan Nabi Nuh. Kemudian turun firman Allah kepadanya, melalui Jibril, "Hai Nuh, turunlah engkau dari bahteramu penuh dengan kesejahteraan, dan Kami beri berkah atasmu dan umat yang menyertaimu, dan seluruh umat yang kemudian dari golonganmu akan Kami anugerahi mereka kesenangan. Kemudian, akan Kami rasakan kepada mereka siksaan yang amat pedih di negeri akhirat (jika mereka durhaka). Hai Nuh, buatlah olehmu sebuah mesjid sebagai tempatmu beribadah kepada Aliah Ta’ala dari kayu bahteramu itu".

Mesjid pun segera dibuat oleh Nabi dan delapan puluh orang laki-laki yang menyertainya. Diceritakan bahwa tiga orang putra Nabi Nuh. Yafiah menurunkan anak cucunya menjadi bangsa Habsyah dan Hindustan; Syam menjadi bangsa ‘Azam, Masqulan, dan Turki; sedangkan Ham menjadi bangsa Romawi dan Arab.

Pada umur 1000 tahun, Nabi Nuh wafat. Sebelum wafatnya, beliau berwasiat kepada anak cucunya, "Hai seluruh anak cucuku, bahwasanya kulihat dunia ini seperti suatu rumah juga, kita masuk dari satu pintu, kemudian kita akan keluar dari satu pintu (lainnya). Hanya saja, janganlah engkau ubah janji Allah Ta’ala yang telah mengikat janji dengan kalian. Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengubah janji-Nya dengan kamu."

Setelah kepergiannya ke Rahmatullah, semakin menyebarlah anak cucunya ke penjuru dunia. Beberapa lama kemudian, banyak dari mereka yang berbuat durhaka kepada Allah Ta’ala.

Tiada ulasan: